Berita  

Tangga Maut Diatas Awan Warga Desa Atuleer Village Menjadi Sorotan Dunia

Tangga Maut Diatas Awan Warga Desa Atuleer Village Menjadi Sorotan Dunia
Tangga Maut Diatas Awan Warga Desa Atuleer Village Menjadi Sorotan Dunia

KECEHINTECH – Desa atuleer telah berusia 200 tahun, sehingga kemampuan naik-turun tangga tesebut telah dikuasai dengan baik dari generasi ke generasi. Di tengah ekstrimnya jalan yang harus mereka tempuh, terkadang penduduk desa harus turun-naik tangga langit tersebut sambil membawa hasil pertanian untuk dijual di pasar terdekat yang tempatnya cukup jauh. Demikian pula saat pulang, mereka menghabiskan waktu dua jam untuk mendaki titian tangga terjal sebelum sampai ke rumahnya.

Dibutuhkan waktu sekitar 2 hingga 4 jam setiap jalan untuk menaklukkan tebing setinggi 800 m, ini yang hal itu telah menjadi rutinitas sehari-hari bagi warga yang tinggal di desa atuleer provinsi situasi sementara bagi anak-anak usia sekolah kegiatan meniti tangga maut tersebut harus mereka lakukan setiap minggu, perjalanan yang sangat sulit mereka harus tinggal di asrama sekolah lalu pulang ke rumah mereka masing-masing di setiap akhir pekan bagian dari mereka hanya pulang setiap dua pekan, demikian tetap saja mereka harus menempuh perjalanan yang cukup panjang selama dua hingga empat jam.

Penduduk desa atau leher yang tinggal di puncak bukit naik turun tangga yang ekstrem tersebut merupakan hal yang biasa telah berusia 200 tahun, sehingga kemampuan naik turun tangga tersebut telah dikuasai dengan baik dari generasi ke generasi, di tengah ekstrimnya jalan yang harus mereka tempuh terkadang penduduk desa harus turun naik tangga langit tersebut sambil membawa hasil pertanian untuk dijual di pasar terdekat yang tempatnya cukup jauh.

Ujian ulas saat pulang mereka menghabiskan waktu antara dua hingga empat jam untuk mendaki Titian tangga terjal sebelum sampai ke rumahnya, penduduk desa mengatakan bahwa nenek moyang mereka memilih lokasi terpencil tersebut, dalam upaya untuk menghindari perang atau konflik suku desa terpencil yang harus ditaklukan dengan nyali besar itu adalah warisan berharga yang harus dijaga dengan baik karena pikir oleh mereka untuk menghuni tempat lain.

Penduduk desa menafkahi diri mereka dengan memelihara ternak serta menanam tanaman seperti jagung atau kentang sayangnya mereka tidak bisa mendapatkan sebagian besar hasil bumi mereka di bawah tebing yang dengan demikian mereka tidak dapat menghasilkan banyak, pada tahun 2016 silam muncul beberapa foto dramatis yang merekam anak-anak sekolah sedang menuruni tebing curang melalui tangga dari rotan yang terlihat ringkih dan tidak stabil.

Tangga tersebut menempel di dinding tebing yang nyaris tegak lurus dan mengerikan foto tersebut kemudian viral, sehingga kehidupan warga desa atau leher yang terpencil di puncak bukit mulai terekspos ke dunia luar terutama karena tangganya yang terlihat mengerikan sebagai satu-satunya jalan yang digunakan sehari-hari.

Setelah terkenal dan mulai ramai diberitakan beberapa tahun terakhir pemerintah setempat kemudian mengganti tanggal sederhana buatan penduduk dengan tangga baja yang dilengkapi dengan pegangan sehingga dapat mempersingkat waktu perjalanan mereka tangganya yang tampak dramatis dan menjadi ciri khas desa tersebut.

Kantor berita shinhua menyebutkan bahwa beberapa tahun terakhir desa Atuleer telah menjadi objek wisata, bahkan kini sebanyak 84 keluarga di desa atau leher telah bersedia untuk direlokasi tangga keramatnya sejauh 75 km untuk bermukim di blok apartemen yang berdekatan dengan pusat kota Kabupaten sewuju.

Sebagian besar warga merupakan bagian program pemerintah untuk memberantas kemiskinan tidak semua penduduk desa atau daerah bersedia untuk direlokasi karena keluarga berencana untuk tetap tinggal di puncak bukit tersebut demi menjaga warisan nenek moyang mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *