Ini Kejahatan HAM yang Terjadi di Indonesia Bulan September

september tak ceria
september yang tak ceria (youtube)

KECEHINTECH – Bulan September dalam konteks sejarah Indonesia, bukan saja dikenal sebagai bulan dengan hastag SeptemberCeria. Sebaliknya, September merupakan bulan kelam bagi HAM di Indonesia. Bagaimana tidak, berbagai peristiwa, tragedi yang serius mencederai prinsip HAM. Sebut saja peristiwa G30S65, hingga pembunuhan Munir terjadi pada bulan September.

Hampir di semua peristiwa tersebut, korban dan keluarga masih belum menemukan titik terang, kendati telah menunggu keadilan selama puluhan tahun. Well, untuk tetap menjaga sekaligus mengenang memori mengenai September dalam kaitannya dengan kejahatan HAM di Indonesia, berikut Data Fakta sajikan ulasannya untuk kita semua.

Peristiwa 30 September 1965 Siapakah sebenarnya dalang dibalik peristiwa G30S ini peristiwa yang paling kelam dalam sejarah negeri ini berdasarkan literatur Orde Baru nama G30S yang merupakan singkatan dari gerakan 30 September 1965 ditambah menjadi g30s/pki, tujuannya tentu sangat jelas selain pembunuhan para Jenderal peristiwa ini juga membunuh jiwa jiwa masyarakat Indonesia yang diduga beraliansi dengan Partai Komunis Indonesia surat kabar pada Mei 1966 menuliskan jumlah korban tewas mencapai 3.300 orang.

Menentukan jumlah korban mati seluruhnya lebih dari setengah juta orang jadi kira-kira siapakah dalang dibalik peristiwa ini dari berbagai penelitian setidaknya terdapat Lima versi, mulai dari PKI itu sendiri konflik internal Angkatan Darat Soekarno, Soeharto hingga unsur asing. Seperti meski demikian adalah bahwa peristiwa ini amat sangat memilukan bahkan disebut-sebut sebagai salah satu pembunuhan massal terburuk di abad itu, para korban dan anggota keluarganya dibiarkan berjuang sendiri Sementara mereka yang diduga bertanggung jawab bebas dari hukuman.

Tragedi Tanjung Priok 1984 seorang tentara memasuki Masjid As Sa’adah di Tanjung Priok tanpa melepas sepatu untuk mengamankan brosur dan spanduk yang berisi kritikan terhadap pemerintah, akibatnya bentrokan terjadi antar warga dan aparat serta 4 orang warga ditahan ya tanggal 12 September 1984 menjadi titimangsa yang begitu kelabu bagi dua kelompok di Tanjung Priok Jakarta Utara darah tumpah.

Dari percik pemantik hari sebelumnya polemik berpuncak pada tetesan darah pada 12 September 1984 secara kerusuhan yang melibatkan masa Islam dengan aparat pemerintahan orde baru korban tewas nyaris seluruhnya meregang nyawa lantaran diterjang timah panas dari senapan, cara pengadilan pelaku pelanggar HAM namun para terdakwa melakukan banding ke pengadilan tinggi dan diputus bebas pertumpahan darah sesama anak bangsa ini.

Sebelumnya bermula dari penerapan Pancasila sebagai asas tunggal yang gencar digaungkan sejak awal tahun 80-an semua organisasi di bumi Nusantara wajib berasaskan Pancasila tidak boleh yang lainnya, artinya sebagaimana ditulis oleh Tohir Bawazier dalam buku Jalan Tengah demokrasi antara pundamental isme dan sekularisme tahun 2015 siapapun yang tidak sejalan dengan garis politik rezim orde baru makalah yang dituduh sebagai anti Pancasila.

Baca Juga :   Jangan Tinggal di Jepang Jika Tidak Kuat Iman, Ini Alasannya

Tragedi Semanggi 2 tragedi Semanggi 2 yang terjadi pada 24 september 1999 menjadi salah satu pelanggaran HAM berat yang relevan dengan kondisi kebebasan berekspresi hari ini begitulah rilis kontras dalam laman resminya peristiwa ini sebagai akibat maraknya aksi mahasiswa dan masyarakat yang menentang rancangan undang-undang penanggulangan keadaan bahaya atau RUU PKB pada tahun 1999. Seperti diketahui penyusunan RUU itu mengancam keberlangsungan agenda reformasi utamanya tentang poin penghapusan agenda di Fungsi ABRI sebagaimana hasil penyelidikan Komnas HAM peristiwa ini menyebabkan 11 korban meninggal dunia dan sebanyak 217 korban lainnya mengalami luka-luka.

Dari 3 tahun berlalu seperti kasus kasus sebelumnya belum ada upaya penuntasan dengan maksimal baik hukum pengungkapan fakta pemulihan keluarga korban maupun jaminan ke tidak berulangan terlebih lagi proses hukum yang menjadi syarat terpenuhinya rasa keadilan bagi para keluarga korban juga harus menjumpai berbagai kendala salah satunya bolak-balik berkas perkara antara Komnas HAM dan Kejaksaan Agung yang pada akhirnya membuat proses penyelesaian seakan-akan dipermainkan.

Pembunuhan Munir tahun 2004 kematian aktivis HAM Munir Said Thalib pada 7 September 2004 telah banyak menginspirasi cara berjuang masyarakat hingga hari ini salah satu yang paling populer adalah lagu efek rumah kaca yang berjudul racun diudara, semasa hidupnya Munir adalah sosok yang sangat gigih memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

Terutama di masa orde baru keberpihakan Munir selalu kepada Kaum Buruh aktivis mahasiswa Pemuda serta kelompok masyarakat lain yang mengalami penindasan pekerjaannya di lembaga bantuan hukum membuat Munir terjun langsung dalam serangkaian aksi untuk menyuarakan ketimpangan dan ketidakadilan di Indonesia tahun ini tepat 18 tahun pembunuhan Munir racun arsenik dosis tinggi merenggut nyawanya di udara pelaku di lapangan telah ditangkap divonis Dan Dia masih bebas wara-wiri bahkan mengurusi partai politik.

Wafatnya Salim kancil tahun 2015 tidak cukup dengan Munir Marsinah atau kematian Salim kancil semakin menandakan rendahnya keamanan bagi para pembela kemanusiaan di negeri ini tidak ada jaminan keamanan bagi pejuang kemanusiaan sama dengan membiarkan ketakutan meneror para pembela lain yang berupaya memperjuangkan hak masyarakat termasuk urusan HAM.

Komnas HAM dalam tulisan yang dimuat Kompas berpendapat lagi di Salim kancil pada 26 September 2015 menjadi peringatan agar khususnya para pejuang kemanusiaan mesti berhati-hati sendiri dikenal sebagai seorang petani dan sekaligus aktivis lingkungan ia dianiaya dan dibunuh sekelompok preman karena menolak penambangan pasir ilegal di tanah rakyat di Lumajang Jawa Timur.

Baca Juga :   PERTANIAN RUMPUT STADIUM SEPAK BOLA DENGAN TEKNOLOGI CANGGIH

Kejadian belakangan diketahui sebagai orang orang suruhan kepala desa Selok awar-awar yang telah divonis 20 tahun penjara pelaku di lapangan telah diadili tetapi pelaku pidana pencucian uang dan pihak pihak penerima manfaat para pejabat broker dan pembeli pasir ilegal sama sekali tidak diangkut ke persidangan.

Reformasi dikorupsi tahun 2019 reformasi dikorupsi menjadi salah satu peristiwa kejahatan HAM yang paling berkesan pasalnya hampir sama seperti tragedi Semanggi 2 pembahasan omnibus law dan berbagi rubber masalah lainnya tidak melibatkan partisipasi publik secara substantif dan pada akhirnya memicu Aksi Nasional besar-besaran di berbagai kota.

Aksi yang berlangsung pada tanggal 24 hingga 30 September 2019 tersebut direpresi secara brutal oleh aparat keamanan dengan menggunakan alat yang dinilai melanggar HAM sebanyak 1489 orang yang ditangkap di mana 380 diantaranya ditetapkan sebagai tersangka akan tetapi yang membuatnya kelabu adalah 5 orang massa aksi di berbagai tempat berbeda meninggal dunia masing-masing Imawan Randi dan Yusuf qardhawi masa Universitas Haluoleo pemuda 2 pelajar Akbar Alamsyah dan bagus Putra Mahendra.

Pembunuhan pendeta Yeremia tahun 2020 mungkin inilah yang paling segar dalam tajuk September dan kejahatan HAM di Indonesia pendeta Yeremia merupakan pemimpin umat Gereja Kemah Injil Indonesia atau GKI di distrik hitadipa Kabupaten Intan Jaya Provinsi Papua yang dikenal sebagai sosok yang cukup vokal dalam mengkritisi kehadiran l di Italia pada 19 September 2020.

Lalu sang istri menemukannya tertelungkup di kandang babi miliknya dengan luka tembak serta luka tusuk HAM dalam laporannya menyimpulkan Jeremia duga ditembak oleh anggota TNI, sekaligus wakil komandan rayon militer kita di pa Hasyim komisioner Komnas HAM memanfaatkan terdapat Rangkaian peristiwa pada 17 hingga 19 September, yang berkaitan dengan hewannya Yeremia yang adalah pasalnya lagu Hanya diproses di Peradilan Militer bukannya di pengadilan umum dalam kaitannya dengan kejahatan HAM di Indonesia peristiwa mana sajakah yang paling Membekas dalam ingatan kalian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *